manta tow


LAPORAN PRAKTIKUM
KONSERVASI TERUMBU KARANG


METODE MANTA TOW
                                                                                         



Description: C:\Users\LENOVO\Pictures\images.jpg

                                                                                                         

Oleh:
KELOMPOK VI
CHANDRA DEWI                                (08051181621008)
LIZA RAYSHITA                                 (08051181621076)
MUHAMMAD RIZKI BATUBARA  (08051381621073)
NOOR AMRAN M. TSAQIB              (08051281621029)
RICO ANDRIANSAH                         (08051381621059)
RONY IMMANUEL GULTOM         (08051281621032)
RUSPA INDAH                                     (08051181621017)


JURUSAN  ILMU  KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di Indonesia terdapat kurang lebih 7.500 km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah perairan lautnya(Marhani, 1996). Berdasarkan proses geomorfologinya, ekosistem terumbu karang dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu terumbu karang tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang (barrier reef), dan terumbu karang cincin (atoll) (Supriharyono, 2000).
Semua tipe ini terdapat di perairan laut Indonesia, namun kondisi terumbu karang dewasa ini terancam punah akibat kerusakan yang sebagian besar di akibatkan oleh kegiatan manusia. Diantaranya adalah perburuan jenis ikan karang menggunakan bahan peledak. Sampai tahun 1993, hanya sekitar seperempat dari seluruh ekosistem terumbu karang di perairan laut Indonesia yang kondisinya masih baik, yakni presentasi tutupan karang hidupnya berkisar 51—100%, sedangkan untuk terumbu karang yang mengalami kerusakan berat mencapai 39,5% tutupan karang matinya (Marhani, 1996).
Terumbu karang yang didominasi hewan, merupakan satu kesatuan antara tumbuhan bersel satu (zooxanthella) dan hewan karang. Selain itu, pada terumbu karang hidup juga berbagai jenis ikan, kepiting, udang, kerang, dan cacing. Oleh karena itulah, daerah terumbu karang merupakan daerah yang unik (the unique community) (Supriharyono, 2000).
Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian peneliti, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Agar hasil survei dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka perlu diperhatikan cara pemilihan keterwakilan lokasi, panjang transek (sampling) yang diambil dan banyaknya ulangan yang diperlukan (Zainal et al. 2014).
Meskipun telah banyak metode survei pada saat ini, namun masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat dikatakan belum ada suatu metode yang memuaskan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan sulitnya menggambarkan suatu kondisi terumbu karang dengan metode survei yang ada saat ini (Marhani, 1996).
Penelitian menggunakan metoda manta tow bertujuan untuk mengamati perubahan secara menyeluruh pada komunitas bentik yang ada pada terumbu karang, termasuk kondisi terumbu karang tersebut. Metode ini sangat cocok untuk memantau daerah terumbu karang yang luas dalam waktu yang pendek, biasanya untuk melihat kerusakan akibat adanya badai topan, bleaching, daerah bekas bom dan hewan Acanthaster plancii (Bulu seribu). Teknik ini juga sering digunakan untuk mendapatkan daerah yang mewakili untuk di survei lebih lanjut dan lebih teliti dengan metoda transek garis.

1.2 Tujuan
            Adapun tujuan mempelajari metode transek manta tow ini yaitu:
1.        Mahasiswa dapat mengetahui metode manta tow.
2.        Mahasiswa dapat membedakan metode manta toe dengan metode survei yang lain.
3.        Mahasiswa dapat mengetahui teknik-teknik metode manta tow.

1.3 Manfaat
            Adapun manfaat setelah mempelajari metode transek manta tow ini mahasiswa dapat mengetahui metode manta tow dan mahasiswa dapat mengetahui teknik-teknik survei dengan metode manta tow.












II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metoda Manta Tow
Metode Manta Tow Survey (Gambar 1) merupakan metode pemantauan kondisi terumbu karang secara visual dengan cara melayang seperti ikan manta di permukaan air laut yang ditarik oleh boat. Metode dengan cara ini dapat dipakai sebagai survey awal pada penilaian kondisi terumbu karang. Manta Tow Survey dilakukan di sepanjang pantai. Dengan interval 2 menit, dilakukan pencatatan terhadap persentase penutupan karang dengan sistem scoring dari penutupan antara karang hidup, mati dan lunak (Restu, 2011).
 







Gambar 1. Pengamatan dengan metode Manta Tow Survey, (a) tampak atas dan (b) tampak samping
Metode sampling yang digunakan adalah metode Manta Tow. Metode ini merupakan metode rapid assesment yang dapat mencakup wilayah yang luas. Metode Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara menarik pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara perahu dengan pengamat. Dengan kecepatan perahu yang lambat (maksimal 5 km/jam) dan melintas di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa objek yang terlintas serta nilai persentase penutupannya (Achmad et al. 2013).
Munasik et al. (2011), menyatakan data yang diamati akan dicatat pada lembar data berbahan kertas anti air dengan menggunakan nilai kategori atau dengan nilai persentase bilangan bulat. Pengamatan mengenai presentase tutupan substrat dilakukan secara visual yang kemudian dapat diperkiraan persentase tutupan masing masing jenis substrat hingga mencapai total 100%. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mengurangi bias dari perkiraan maka sebelum penelitian dilakukan persamaan persepsi mengenai perkiraan presentasi substrat dengan cara mendata melalui sebuah video. Dari video tersebut  kemudian disepakati tutupan substrat dengan bantuan tabel yang terdapat pada Gambar 2.
 








Gambar 2. Kategori dan persentase penutupan karang untuk menilai berapa persentase tutupannya (Sukmara, 2001).

2.2 Peralatan yang digunakan
Untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan metode manta tow, diperlukan perlengkapan sebagai berikut:
1.        Alat dasar (Masker, Snorkel and fins atau kaki katak)
2.        Perahu motor (minimal 5 pk)
3.        Papan manta (manta board) dengan ukuran 60 cm Panjang, 40 cm lebar, dan tebal 2 cm.
4.        Tali yang panjangnya 20 meter dan diameter 1 cm
5.        Pelampung kecil
6.        Sabak atau papan menulis
7.        Pensil dan Penghapus
8.        Stop watch
9.        GPS
2.3 Prosedur Umum Manta Tow
Adapaun prosedur umum yang biasa digunakan dalam pelaksanaan metode manta tow yaitu :
1.      Satu orang yang bertugas mengumudikan perahu motor untuk menarik pengamat dengan kecepatan 3-5km/jam
2.      Satu orang yang menggunakan alat dasar ditarik dibelakang perahu sebagai pengamat, dimana pengamat ditarik dan memegang papan manta (manta board) yang diatasnya terdapat sabak untuk menulis atau mencatat data
3.      Pengamat dapat melakukan gerakan kekiri, kekanan atau menyelam dengan meggerakkan papan mata
4.      Pengamat terumbu karang mengamati dalam kurung waktu tiap 2 menit dan diberikan waktu beberapa saat untuk mencatat hasil pengamatannya dan kemudian dilanjutkan lagi
5.      Satu orang bertugas sebagai penunjuk arah yang berada didapan perahu dan melihat posisi perahu agar selalu berada diantara rataan terumbu dengan tepi tubir.
6.      Satu orang bertugas sebagai penentu waktu, fungsinya adalah memperhatikan waktu pengamatan dan memberi tahu pengemudi untuk menghentikan perahu apbila pengamatan telah berlangsung selama 2 menit.
Dalam pengamatan manta tow digunakan 6 parameter yaitu karang keras (Hard coral), karang lunak (Soft coral), karang mati (Dead coral), pasir (Sand), rumput lau (Makroalgae) dan lainnya (Other) dengan pengisian data untuk penutupan karang sebaiknya menggunakan persentase.
2.4 Kekurangan Metode Manta Tow
Seperti yang telah dikemukakan di tulisan sebelumnya bahwa setiap metode pasti memiliki kekurangan, adapun kekurangan metode manta tow sebagai berikut:
1.      Survey secara tidak sengaja bisa dilakukan pada lokasi di luar terumbu karang (pasir, perairan yang dalam)
2.      Peneliti sering lupa bila terlalu banyak objek yang harus diingat
3.      Kemungkinan ada objek yang terlewatkan atau tidak teramati
4.      Metode tidak cocok digunakan pada saat kondisi visibility lokasi rendah atau kurang dari 6 meter.
2.5 Kelebihan Metode Manta Tow
Selain kekurangan pasti ada kelebihan dari metode manta tow, oleh karena itu mari kita uraikan kelebihan metode manta tow, sebagai berikut:
1.      Daerah yang luas dapat disurvei dalam waktu yang singkat
2.      Metode yang digunakan sederhana dan mudah untuk dipraktekkan
3.      Biaya yang digunakan tidak terlalu mahal
4.      Peneliti tidak terlalu lelah untuk survey areal yang luas.

























III KESIMPULAN

            Adapun kesimpulan dari metode manta tow ini yaitu:
1.        Metode ini sangat cocok untuk memantau daerah terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat.
2.        Manta Tow biasanya  dapat digunakan untuk melihat kerusakan akibat adanya badai topan, bleaching, daerah bekas bom dan hewan Acanthaster plancii (Bulu seribu).
3.        Teknik ini juga sering digunakan untuk mendapatkan daerah yang mewakili untuk di survei lebih lanjut dan lebih teliti dengan metoda transek garis.






















DAFTAR PUSTAKA


Achmad RA, Munasik, Diah PW. 2013. Kondisi ekosistem terumbu karang di Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Taman Nasional Perairan Laut Sawu menggunakan metode manta tow. Journal Of Marine Research Vol. 2 (3): 211-219.

Marhani AK. 1996. Almanak Lingkungan Hidup. Kantor Menteri Lingkungan Hidup. Jakarta.

Munasik H, Adri ATP, Wibowo R, Kiswantoro Y, Fajariyanto H,  Sofyanto. 2011. Kondisi  Terumbu Karang di Taman  Nasional Perairan Laut Sawu  Provinsi Nusa Tenggara Timur.  LPPM Universitas Diponegoro.  Semarang.

Restu IW. 2011. Kondisi komunitas terumbu karang di Pantai Bias Putih  Desa Bugbug Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem Bali. Jurnal Bumi Lestari Vol. 11 (1): 58 – 65.

Sukmara A, Siahainenia AJ, Rotinsulu C. 2001. Panduan  Pemantauan Terumbu Karang  Berbasis Masyarakat Dengan  Metode Manta Tow.  Proyek  Pesisir CRMP. Jakarta. Indonesia.

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang.  Penerbit Djambatan. Jakarta. 108 hal.

Zainal JK, Petrus S, Munasik. 2014. Pemetaan kondisi terumbu karang yang terkait dengan sebaran fosfat dan nitrat di Perairan Pantai Desa Karimunjawa dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis. Journal Of Marine Research Vol. 3 (3): 155-164.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

peta tematik klorofil-A